Ketegangan antara Israel dan Hamas kembali meningkat setelah berakhirnya fase pertama gencatan senjata pada 1 Maret 2025. Israel telah menghentikan pengiriman barang dan pasokan ke Jalur Gaza sebagai tekanan kepada Hamas untuk menerima proposal perpanjangan gencatan senjata yang diajukan Amerika Serikat. Keputusan ini diambil meskipun belum ada kejelasan resmi dari Kantor Perdana Menteri Israel mengenai detail penghentian tersebut.
Hamas, melalui pemimpinnya Mahmoud Mardawi, menekankan pentingnya penyelesaian perjanjian gencatan senjata, khususnya implementasi fase kedua, sebagai satu-satunya jalan menuju stabilitas kawasan dan pembebasan para sandera. Fase kedua ini mencakup pembebasan sandera yang tersisa oleh Hamas dengan imbalan penarikan pasukan Israel dan gencatan senjata permanen. Namun, kedua belah pihak belum memulai negosiasi untuk fase kedua ini.
Sementara itu, Israel telah menyatakan dukungannya terhadap proposal AS untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata hingga 20 April, bertepatan dengan Ramadan dan Paskah. Proposal ini, yang diajukan oleh utusan Timur Tengah AS Steve Witkoff, dipandang sebagai langkah menuju gencatan senjata permanen dan stabilitas regional. Hamas belum memberikan tanggapan resmi terhadap proposal tersebut, namun mendesak Israel untuk melanjutkan ke fase kedua gencatan senjata.
Situasi semakin rumit dengan peringatan Israel tentang 'konsekuensi tambahan' jika Hamas menolak proposal AS. Belum ada kejelasan mengenai bentuk 'konsekuensi tambahan' tersebut. Di sisi lain, informasi mengenai penghentian pasokan ke Gaza juga masih simpang siur, apakah penghentian tersebut bersifat total atau parsial. Satu-satunya akses keluar-masuk Gaza yang tidak dikuasai Israel adalah perbatasan Rafah yang berbatasan dengan Mesir.
Perbedaan pandangan antara kedua belah pihak, ditambah dengan tekanan dari Israel dan proposal AS, menciptakan situasi yang kompleks dan rentan. Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa Hamas diharapkan membebaskan setengah dari sandera pada hari pertama kesepakatan dan sisanya setelah tercapainya gencatan senjata permanen. Namun, dengan belum dimulainya negosiasi fase kedua, prospek perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut masih belum pasti.
Untuk Berita/Artikel menarik lainnya Silahkan kunjungi Media Network
https://treninfo.com
0 Komentar